Sabtu, Januari 02, 2010

Soal UAS PERIKLANAN

soal takehome periklanan dikumpul,senin 11 januari 2010 di fikom undwi.

1.Iklan Konsumen(consumer advertising)
2.Iklan antar bisnis (business to business advertising)
3.Iklan Perdagangan (trade advertising)
4.Iklan eceran (retail advertising)
5.Iklan bersama (cooperative advertising)
6.Iklan keuangan ( financial advertising)
7.Iklan Rekruitmen (recruitment advertising)

1. Cari tujuh jenis iklan tersebut d atas pd media cetak (dikliping), iklan outdoor bs difoto lalu dprint dan internet (diprint) masing2 dua contoh iklan.
2. Isi keterangan pd setiap iklan yg anda pilih. bisa diketik ato tulis tgn. Contoh: iklan sunsilk merupakan iklan konsumen karena ....
3. semua iklan dan keterangannya ditempel pd kertas Folio tanpa dijilid.
4. tgs ini dikerjakan berkelompok masing2 3 (tiga) mahasiswa.
5. Hrs dikumpul tepat wkt sesuai deadline.

Selamat Mengerjakan & Terima Kasih.

Kamis, April 09, 2009

Belog Polos

Oleh : Bhagawan Dwija

Sifat perilaku kebanyakan orang Bali yang tidak suka menonjolkan diri, menunjukkan kelebihan, apalagi bertingkah sombong, mungkin didasari kesadaran penuh pada hakekat ke-Tuhan-an yang maha kuasa di mana ada unsur keyakinan bahwa apapun yang dimiliki dan diketahui umat manusia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan-Nya. Tetua di jaman lampau suka menasihati anak-anak agar selalu bersikap, berkata dan berpikir sederhana, tidak mengada-ada, tersirat dari lagu anak-anak : ... "de ngaden awak bisa, ndepang anake ngadanin, gaginane bukah nyampat, anak sai tumbuh luhu, ilang luhu ebuk katah, wiadin ririh liu enu pelajahin"

Artinya : ...
"jangan mengira dirimu serba bisa, biarkan orang lain yang menilai, kerja bagaikan menyapu, karena selalu ada sampah, hilang sampah masih ada debu yang banyak, andaikan pintar masih banyak yang perlu dipelajari".

Perilaku sederhana seperti itu pula mendorong mereka untuk lebih banyak mengalah daripada gigih berkompetisi. Selanjutnya menunjukkan sikap toleransi tinggi, selalu memikirkan kepentingan dan perasaan orang lain. Ingin hidup damai, tenang, dan seia sekata dalam paguyuban kemasyarakatan. Inti sari filsafat dalam itihasa Mahabharata dan Ramayana yang sering diungkapkan dalam kidung, kekawin, dan pementasan wayang menanamkan keyakinan bahwa sesuatu yang adharma pasti akan kalah dan hancur, walaupun pada mulanya tampak akan berjaya. Sebaliknya dharma pasti akan menang walaupun awalnya tercabik-cabik. Dewa-Dewa pun memihak pada dharma, sedangkan Raksasa berada di seberang. Manusia yang memihak Dewa akan menuju sorga, sedangkan yang suka Raksasa akan menuju neraka. Selain itu kisah-kisah semacam Jayaprana, ceritra I Bawang - I Kesuna, I Siap Badeng, Cerukcuk Punyah, dan lain-lain, semuanya menghargai dan membela kebenaran.

Orang Bali umumnya sabar, bisa mengendalikan diri. Hal-hal yang mengecewakan atau tidak memuaskan dipendam dalam hati. Sepanjang sejarah hal ini telah terbukti. Dahulu, pada abad ke-17 banyak pekerja asal Bali dijualbelikan sebagai budak oleh raja-raja mereka. Ada yang terpaksa meninggalkan keluarga, anak dan istri selama-lamanya karena tunduk pada titah raja dijual sebagai budak ke luar Bali. Itulah asal mula adanya kampung Bali di Jakarta, dan Desa Kebalen di Jawa, sebagai sentra pemukiman budak asal Bali dahulu kala. Kejadian di zaman sekarang, tengoklah "Bom Kuta - Bali" yang demikian hebat membawa korban jiwa dan memporak-porandakan turisme yang menjadi andalan penghasilan penduduk.

Di Koran kemudian tersiar berita bahwa para pelaku ledakan bom yang divonis mati, belum juga dieksekusi, bahkan tujuh belas Agustus yang lalu para pelaku mendapat remisi. Orang Bali tetap sabar dan menyerahkan sepenuhnya kasus itu pada pemerintah. Di bidang pendapatan daerah, imbalan bantuan pemerintah pusat kepada Bali tidak sesuai dengan sumbangan pendapatan devisa baik berupa pendapatan bisnis maupun pajak. Berbagai ketidakadilan nampak dengan jelas di pelupuk mata. Bali yang kaya raya dengan beragam seni budaya, yang menarik kunjungan jutaan wisman tetap saja miskin karena keuntungan dari industri pariwisata yang dinikmati pemerintah pusat tidak dibagikan secara proporsional ke daerah. Sarana dan prasarana masih ketinggalan jaman dibanding dengan kota-kota di Jawa. Orang Bali masih tetap sulit mendapat lapangan kerja karena investasi tidak diarahkan ke Bali.

"Belog - polos" ungkapan yang sekarang terasa kurang enak, tidak mau diterima oleh kalangan muda-mudi. Mereka mungkin mengira kata "belog" = bodoh, dan "polos" = lugu. Sebenarnya tidak demikian. Belog – polos mempunyai satu pengertian tentang pola pikir, ucapan, dan perilaku yang sederhana, jujur, tidak mementingkan diri sendiri, dan menjunjung nilai-nilai spiritual utama seperti yang diungkapkan di atas. Walaupun demikian, kesabaran, dan kekuatan memendam rasa tidak puas dan ketidakadilan pada orang-orang Bali ternyata ada batasnya. Sejarah pula mencatat pemberontakan Untung Suropati, pemuda Bali yang menjadi budak di Pasuruan. Perang Puputan Jagaraga, Klungkung, dan Badung.

Kepahlawanan Ngurah Rai, Wisnu, Gempol, Kajeng, dan kawan-kawan mereka melawan penjajah. Penumpasan PKI/G-30-S melawan kebathilan, dan banyak lagi kasus-kasus lainnya yang tidak mencuat ke permukaan, menyangkut perlawanan pada hal-hal yang beraroma adharma. Bagaikan aliran sungai yang terbendung, suatu ketika bendungnya jebol, banjir dahsyat meluap, dan membinasakan sekitarnya. Orang Bali bahkan tidak takut mengorbankan nyawa bila tekad mereka sudah menggumpal.

Kini, kaum cendekiawan Bali mulai berpikir dan berbicara soal Bali di masa depan. Tetapkah Hindu dalam artian agama dan budayanya masih bisa dipertahankan ? Apa pula upaya kita melindungi dan mengembangkan ke-Hindu-an ? Bagaimana nasib anak-cucu kita kemudian ? Masihkah kesucian tanah Bali ajeg ? Diskusi pun ramai, di Kampus, di Balai Banjar, di Geria para Sulinggih, di Pura, di pertemuan paguyuban warga/soroh, di pemerintahan, di radio/televisi, di koran, di mana saja orang bertemu bahkan di dunia maya seperti website Hindu-Dharma Net, Babad Bali, Hindu Reform, dll. Selain itu organisasi-organisasi ke-Hinduan muncul bak cendawan di musim hujan, dalam bentuk organisasi pemuda, mahasiswa, LSM, dll. Bagus ! Menggembirakan ! Menambah semangat ! Itu tanda-tanda kita peduli pada diri kita sendiri. Logis dan smart, jika bukan kita yang mengurus diri sendiri, lalu siapa ? Mungkinkah suku lain yang memikirkannya, sementara orang Bali tidur ayem-ayem ?

Sudah waktunya orang Bali unjuk gigi. Belog - Polos boleh-boleh saja namun ada batasnya dan jangan terlalu lama menahan ketidakpuasan, jangan terlalu lama membiarkan adharma mencabik-cabik kita, jangan pula membiarkan pihak-pihak tertentu "ngerjain" Bali. Bangkitlah dan berjuanglah, karena jika tidak demikian kita akan tertinggal dan terlanggar oleh derasnya arus atau "rush". Kita akan diinjak-injak, misalnya ada pejabat tinggi negara yang seenaknya ngomong meremehkan Bali. Mungkin dalam pikirannya kita ini dianggap suku yang paling mudah diatur, paling penurut, paling penakut, paling "koh-ngomong". Maka segera perkuat konsolidasi ke dalam, artinya bina, pupuk, dan kembangkan rasa kesatuan dan persatuan sesama umat Hindu khususnya yang ada di Bali. Jangan mau diadu domba, jangan silau dengan kemilau Rupiah atau Dollar dari suap, sogokan, pemberian, dll., jangan mau dirayu dengan janji-janji gombal, dan yang terpenting jangan mau ditipu. Hanya orang bodoh saja yang mudah di tipu.

Kita bukan orang bodoh, kita sudah punya Professor, Doktor, segudang ! Kita sudah punya pejabat-pejabat tinggi di sipil dan militer, kita sudah punya usahawan yang berhasil, kita sudah punya kaum muda yang bersemangat. Tinggal dikoordinasikan saja. Para pejabat dan orang-orang Bali yang "sukses" dalam karir dan ekonomi yang ada di luar pulau Bali, mohonlah memperhatikan tanah air leluhurnya. Jangan berpeluk tangan, tolong ikut memikirkan, memberi masukan, membantu perjuangan menuju kelestarian Bali : agama, budaya, penduduk, dan alam pulau Bali. Mencintai Bali sama juga mencintai leluhur kita sendiri, karena beliau orang Bali!

Sumber: Stiti Dharma Online

Pesta Demokrasi di Dlodpangkung

Hari ini adalah pesta demokrasi bagi rakyat Indonesia. Secara serentak seluruh Warga Negara Indonesia yang sudah punya kartu suara berbondong-bondong ke TPS masing-masing. Hal serupa terjadi pula di Pulau Bali. Aku yang bertempat tinggal di Desa Sukawati mendapat bagian nyontreng di TPS 19, tepatnya di Banjar Dlodpangkung Sukawati Gianyar Bali.

Ketika aku sampai di TPS, sudah puluhan Krama Banjar Dlodpangkung yang mayoritas memakai pakaian adat madya, berkumpul dan mengantre giliran menyontreng caleg pilihan hati nurani mereka. Aku juga harus mengantre, tapi dasar kuli foto yang tak bisa menyianyiakan momen demokrasi di banjarku. Satu persatu aku jepret mulai dari proses pendaftaran sampai selesai menyontreng dan memasukkan empat kartu suara.

Jumlah pemilih di Br Dlodpangkung sebanyak 350 orang. Dari 5 bilik yg tersedia ternyata kurang memadai jumlahnya. Sehingga diputuskan untuk dibuatkan satu lagi bilik sederhana dari kardus bekas.


Dari hasil pengamatanku, rata-rata para pemilih menghabiskan waktu antara 5 sampai 10 menit untuk penyontrengan empat lembar surat suara tersebut. Lamanya proses tersebut diakibatkan kebingungan memilih caleg karena saking banyaknya dan kesulitan melipat keempat surat suara. Oleh karena itu, pelipatan surat suara pun dibantu oleh panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), dimana untuk TPS19 jumlahnya 7 orang, yang diketuai oleh Kelian Br. Dlodpangkung sendiri, I Ketut Sudiarta. Pada tps 19 ini juga disaksikan oleh 8 orang saksi yang membantu mengawasi kelancaran pesta demokrasi di Br. Dlodpangkung ini.

Bagi Krama Banjar yang sudah selesai menyontreng ada yang tetap antusias menyaksikan proses pemilu ini,tapi ada juga yang bersantai-santai d warung mini yang berada di depan Balai banjar Dlodpangkung sambil ngobrol politik ala wong cilik.

Pendaftaran penyontrengan di TPS 19 berakhir pukul 12, tapi proses penyontregan baru berakhir pukul 13.30 karena ada yang sudah mendaftar tapi ditinggal pulang oleh pemilih. Total pemilih yang hadir adalah 301 orang dan yang tidak hadir sebanyak 49 orang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 perhitungan baru selesai dilakukan untuk anggota DPRD Kabupaten Gianyar dan Provinsi Bali. Di Br. Dlodpangkung terdapat satu caleg dari PPRN, I Pande Wayan Suanda dan perolehan suaranya tertinggi di Br Dlodpangkung, yaitu 73 suara. Sedangkan untuk anggota DPRD Provinsi Bali yang mendominasi di TPS 19 ini adalah Caleg dr PDIP AA Gde Agung Bharata, SH, yaitu sebanyak 36 suara.

Hari sudah beranjak malam,petugas KPPS tetap semangat menghitung suara yang tersisa. Akhirnya pukul 20.30 surat suara selesai dihitung dan ditanda tangani oleh semua petugas kpps dan saksi. Untuk calon anggota DPD yang unggul di Dlodpangkung adalah I Wayan Sudarmaja, SH, MH dengan 63 suara dan untuk calon anggota DPR yang dapat suara terbanyak adalah Gde Sumarjaya Linggih, SE, dari Partai Golkar dengan perolehan suara sebanyak 39 suara.

Suara tidak sah di TPS 19 kebanyakan karena kekosongan surat suara, alias tidak dicontreng. Tp ada juga dikarenakan kesalahan mencontreng dan ada juga surat suara yang digambar mungkin karena tidak bisa baca tulis dan hobinya memang menggambar.

Semoga hasil pemilu 2009 yang sungguh rumit ini bisa menghasilkan wakil rakyat yang memang memperjuangkan kepentingan masyarakat umum. khususnya untuk wakil rakyat dari Krama Bali sendiri yang terpilih nanti diharapkan dengan sangat untuk menjadikan Ajeg Bali sebagai dasar pemikirannya. Artinya, dengan semangat mempertahankan tanah Bali dari oknum-oknum berduit dan serakah yang berusaha menguasai Bali yg indah ini. Jadi, jangan sampai Bali menjadi Jakarta yang kedua dimana Krama Bali sendiri menjadi terasing di tanah leluhurnya karena sudah habis dijual.

Kami mempercayakan Pulau Bali yang cuma 0,29% dari luas negara Indonesia ini kepada wakil rakyat, agar Bali tetap Bersih Aman Lestari Indah atau Beautiful Adventurous Legendary Inspiring.

Link STAD DLP's Blog.

Kamis, April 02, 2009

Karya Nyatur di Pura Penataran Pande Tamanbali

Ratusan warga Pande se-Bali melaksanakan persembahyangan di Pura Penataran Pande, Tamanbali, Bangli, Bali dalam rangka Karya atau Piodalan Nyatur yang dilaksanakan setiap 18 bulan kalender Bali. Piodalan ini berlangsung empat hari yakni dari hari Jumat Paing, 20 Maret 2009 sampai dengan Senin Kliwon, 23 Maret 2009.

Upacara Petirtaan Mesucian
Dua hari sebelum dilaksanakannya piodalan, Buda Kliwon Wuku Dungulan, 18 Maret 2009, diadakan Upacara Petirtaan Mesucian Ida Batara Ratu Bagus Pande di Pasiraman Gede Pura Siganing. Acara diawali dengan disuarakannya gedongan (kul-kul) di Jaba Nistaning Mandala Pura. Pukul 15:45 tepatnya umat (pemedek) sudah memadati areal Pura Penataran Pande. Gamelan pun mulai ditabuh, para wadon (perempuan) menyiapkan upakara, para lanang (laki-laki) menyiapkan Jempana (wadah tempat mengusung simbol Tuhan berupa Pretima).

Setelah semuanya siap, Ida Batara kepundut (dijunjung) dengan Jempana yang sudah dihias dan diupacarai. Selanjutnya mulailah perjalanan Melasti menuju Pesiraman Agung Pura Bukit Siganing yang berjarak dua setengah kilo dari Pura Penataran Pande. Iring-iringan Ida Batara diawali dengan Gong Gede Pura Penataran Pande, kemudian diikuti oleh pengiring pemundut upakara yang panjang 100 meter, lalu para pemundut Jempana, setelah itu baru diikuti gong yang selalu ngayah setiap Ida Batara mesucian, yaitu (due) milik Sri Mpu Aji Darma Dasi Tamanbali.

Sekitar setengah jam para pengiring memargi (berjalan) dihadapan para penonton yang menyaksikan perjalanan Ida Batara Turun Kabeh. Setelah sampai pada pinggiran Sungai Sangsang para pengiring harus melintasi jalan berundag naik turun jurang. Akhirnya Ida Batara Ratu Bagus Pande sampai di Pesiraman Agung Pura Puncak Siganing.

Seiring waktu berjalan satu persatu Arca/Pretima Ida Batara mulai disucikan dan yang terakhir adalah Pretima Ida Batara yang berstana di Pura Bukit Siganing yang juga ikut diupacarai pada Karya Nyatur tersebut. Setelah 2 jam berlangsung upacara penyucian, terakhir ditutup dengan persembahyangan bersama yang dipinpin oleh Jero Mangku Pemong-Mong. Setelah upacara penyucian berakhir, hari pun semakin gelap, para panitia menyiapkan penerangan berupa senter dan strongking, agar perjalanan pengiring yang memundut upacara dan jempana tidak terhambat.

Di Jaba Pura Penataran Pande sudah tampak para Kasinoman (orang-orangyang mengemban tugas khusus selama upacara berlangsung) yang sudah menyiapkan banten pemendak. Setelah sampai Jempana Ida Batara berjejer horisontal memanjang yang diapit oleh dua gamelan. Upacara pemendak dipimpin oleh pemangku pengiring, dalam hal ini tidak harus Mangku Pemong-Mong. Setelah dihaturkan banten pemendak, satu persatu pengiring yang memundut upacara melintasi banten yang sudah dihaturkan tadi, dikuti dengan Jempana Ida Batara melintasi Gelung Agung Candi Pura Penataran Pande yang dialasi kain putih yang membentang hingga Ida Betara sampai pada Pengaruman, dimana merupakan tempat Ida Batara Turun Kabeh dan berkumpulnya dengan pengiring-pegiring Ida Batara Ratu Bagus Pande.

Prosesi upacara penyucian pun dinyatakan selesai setelah umat/pengiring diberi pice, yaitu berkah makanan yang disediakan khusus dari panitia karya. Kemudian dilakukan persembahyangan bersama yang dipinpin oleh Jero Mangku Pemong-Mong Pura Penataran Pande Tamanbali.

Upacara Mapada
Wrespati Umanis Uku Dungulan, 19 Maret 2009 diadakan upacara Mapada, yaitu menyucikan hewan-hewan korban yang akan dipersembahkan untuk Karya Nyatur. Matahari belumlah sepenuhnya menampakkan sinarnya dan tidak pula seperti hari-hari biasanya dimana gendongan (kul-kul) yang berukuran lebih besar berumur 60 tahunanan dan yang kecilan sudah berumur 20 tahunan, sudah dibunyikan pagi-pagi sekali. Dibunyikannya gendongan merupakan tetenger (tanda) dimulainya suatu kegiatan yang berkaitan dengan upacara besar yaitu Karya Nyatur.

Pada hari inilah para krama dari berbagai tempat yang masih merupakan satu soroh bersatu menghaturkan ayah (bekerja dengan ikhlas). Kegiatan pertama diawali dengan pemotongan babi besar (celeng) dengan berat 125 kg sebanyak 2 ekor, dimana daging-daging babi ini nantinya akan diolah sedemikian rupa dan segala keperluan yadnya yang menggunakan daging babi. Selain babi binatang yang dipotong juga ada ayam dan bebek. Ngayah para krama juga diwarnai dengan berbagai macam pembagian tugas. Ada yang mendapat tugas menggoreng, nguletang (membuat adonan) sate, nempa (melilit) sate, ngebek (manggang) sate.

Waktu pun sudah menunjukan pukul 13:00 dan berbagai olahan makanan untuk upacara sudah selesai. Para pengayah juga mendapatkan pice berupa nasi lawar dan sate yang bisa diambil setelah Jero Mangku Penataran selesai ngaturang conto. Istilah conto disini diartikan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur atas apa yang dilimpahkan Hyang Widhi/Tuhan kepada umatNya. Setelah menikmati pice secara bersama-sama, krama yang memang bukan pengayah tetap bisa mepamit (pulang). Sedangkan bagi krama pengarep (kasinoman) masih tetap ngaturang ayah sampai jero panitia karya mamitang (memulangkan). Setelah semua ayah hari ini dinyatakan selesai barulah para krama ayah pengarep dipulangkan.

Jam dinding menunjukan pukul 17:30 dan gedongan pun kembali berbunyi. Krama diingatkan untuk berkumpul kembali mengingat tugas masing-masing para sekaa gamelan yang menyatukan diri mereka dengan nama Sekaa Roban yang bertugas menabuh gamelan, Ada krama yang bertugas mekekawin (melagukan kidung) dan menyatukan diri dengan nama Sekaa Santhi. Prosesi Mapada seluruh hewan Karya Nyatur Pura Penataran Pande Taman Bali ini bermakna menyucikan hewan yang akan dipakai sarana upacara. Mapada juga berarti upacara permakluman kehadapan Ida Betara bahwa hewan itulah yang bakal dipakai sarana karya. Juga dalam rangka nyomya (mengharmoniskan) bumi agar menjadi subur dan dijauhkan dari bencana alam. Upacara ini juga bertujuan meningkatkan derajat hewan-hewan tersebut, hingga nantinya hukuman yang dibebankan kepada hewan tersebut bisa berkurang. Setelah semua rentetan upacara mepada dinyatakan selesai, maka acara selanjutnya adalah persembahyangan bersama.

Puncak Karya
Sukra Paing Wuku Dungulan, 20 Maret 2009 adalah Puncak Karya. Pada pagi harinya, seperti biasa dilaksanakan acara maebatan (membuat ragam makanan khas Bali) diselingi canda tawa ditengah-tengah sibuknya mereka membagi-bagikan tugas untuk membuat makanan dan berbagai perlengkapan upacara lainnya yang belum terselesaikan kemarin. Dibalik kesibukan mereka, di natar pura sudah terlihat para pemedek yang memadati areal pura. Mereka menunggu giliran agar banten (aturan/persembahan) yang dijunjung untuk segera dipersembahkan. Para Jero Mangku pun kelimpungan bukan main dibuat oleh pemedek, namun tak menyurutkan rasa untuk melayani.

Di tengah riuhnya suara talenan diperantenan (dapur pura), alunan genta yang diiringi mantra dialunkan lembut oleh Jero Mangku di ajeng (di depan) Ida Betara Ratu Bagus Pande. Khusyuknya umat bersembahyang seolah menyiratkan bahwa Tuhan itu sangatlah cantik, tampan, begitu menenangkan, jiwa terasa harmoni dengan alam. Begitulah sebuah kata yang terlontar dari seorang pemedek yang seusai sembahyang juga menyempatkan diri menghaturkan dana punia. Di Jaba pura para pemuda yang mengemban tugas sebagai pengatur parkir juga tak kalah sibuk. Mungkin kesibukan mengatur parkir ini bukanlah masalah besar, tapi kegiatan ini sudah menjadi kewajiban setiap upacara berlangsung. Kegiatan pengamanan ini juga dibantu oleh para pecalang Pura Penataran Pande.

Waktu menunjukan pukul 17:00, satu jam sebelum piodalan dimulai, di wantilan jaba Pura Penataran Pande Taman Bali, lebih dari 20 orang anak-anak terlihat sangatlah jegeg (cantik) dan bagus (tampan) dengan berdandan sebagai penari Rejang dan Pendet. Mereka akan ngaturang ayah ketika odalan dimulai. Gendongan sudah berbunyi pertanda piodalan sudah dimulai, suara tetabuhan meramaikan suasana mengiringi alunan mantra Sri Mpu Aji Darma Dasi Tamanbali selaku pemuput yadnya.

Selesai dilakukan Upacara Maduur Mengala, mulailah disolahkan (dipentaskan) tarian sakral Rejang dan Pendet, dimana tarian ini terdiri dari 11 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Tarian ini mengandung nuansa religius yang sangat tinggi. Setelah itu upacara piodalan dinyatakan selesai, yang diakhiri dengan persembahyangan bersama.

Saniscara Pon Wuku Dungulan, 21 Maret 2009, suasana upacara masih sama seperti hari pertama. Pemedek yang tangkil jumlahnya sampai ratusan, hanya rentetan yadnya yang berbeda dari hari piodalan kemarin. Aturan yang dihaturkan yaitu berupa banten tebasan yang dijunjung keliling pura yang diiringi dengan suara tetabuhan, yang diistilahkan dengan nama mapeed. Prosesi ini berlangsung cukup unik karena mengikuti tradisi lokal yang memang diwariskan dari dulu dan turun temurun. Seperti halnya upacara yang sudah-sudah, acara mapeed pun diakhiri dengan persembahyangan bersama setelah dihaturkan banten penganyar.

Redite Wage Wuku Dungulan, 22 Maret 2009, masih sama dengan hari sebelumnya dimana acara ini diawali dengan pemendakan banten rayunan dengan gong baleganjur. Upacara kemudian dilanjutkan dengan Rejang Pendet yang berjalan beriringan. Acara pemendakan ini berjalan lebih alot karena pemendakan banten ini tempatnya lebih jauh. Dengan tidak mengurangi rasa bakti lelah tak terasa kami pun menunaikan tugas dengan baik. Bakti pun dihaturkan, diiringi pula persembahan tari Rejang dan Pendet. Acara pun ditutup dengan persembahyangan bersama.

Calon Wakil Rakyat Ikut Nangkil
Some Kliwon Wuku Dungulan, 23 Maret 2009, beberapa aktivitas penting yang dapat dicatat pada hari terakhir ini adalah Pura Penataran Pande Tamanbali dijadikan momen yang sangatlah baik bagi para calon DPR dan anggota Legislatif untuk mencari dukungan atau memang secara tulus ingin tangkil dan medana punia.

Semoga saja para krama bisa berpikir dan bisa memilih mana yang baik, tidak ketinggalan pula yang tangkil pada hari terakhir yaitu orang nomor 1 di Kabupaten Bangli, yaitu Bapak Bupati I Nengah Arnawa, S.Sos., MM., bersama ajudan. Sungguh merupakan kehormatan yang sangatlah luar biasa. Mungkin merupakan sima krama, yang pasti kami memperlakukan pemimpin kami, bapak kami dengan sangat baik. Bapak tampil dengan senyumannya yang khas, sangat sederhana itu yang menginginkan kami kalau bisa, bapak menjabat lagi. Ini bukan kampanye pemilu ini hanyalah bagian yang nantinya akan menjadi sebuah buah bibir selama 1 bulan 7 hari.

Waktu menunjukan 18:00 acara Pengeedan sudah dimulai, banten rarapan pun sudah berjejer, pemendak gong diringi upacara dan Rejang Pendet sudah siaga, iring iringan pun sampai di pura. Pemedek menaruh aturan berjejer di depan Pengaruman. Berselang beberapa menit Ida Hyang Sri Mpu munggah (mulai mengucapkan mantram).Bakti penganyar pun dihaturkan pengedur mengalaan dilanjutkan dengan disolahkannya tarian Rejang Pendet. Setelah itu dilaksanakan persembahyangan bersama.

Acara selanjutnya adalah acara pemademan pulokerti upacara yang berarti musnahnya Adarma melawan Darma. Kemudian, dilanjutkan dengan acara penedunan budal Ida Batara Bukit Siganing. Setelah sampai di Pura Bukit Siganing dan dilaksanakan upacara penyineban barulah para pengiring kembali ke Pura Penataran Pande. Sesampainya di Pura Penataran Pande, maka dimulailah upacara Penyineban Ratu Bagus Pande, kemudian Ratu Batara Lingsir, dan acara penyineban pun dinyatakan selesai.

Kontributor: Pande Putu Santiana, Tamanbali, Bangli.